(Bukan) Kaca Film

Sudah waktunya kita berpuisi macam buku Gaston Bachelard “Poetics of Space“. Buku yang tak pernah absen dari kantung jaket para arsitek puitis ini membahas segala jenis elemen pembentuk ruang dalam sebuah rumah hingga yang terkecil seperti lemari dan (lebih kecil lagi) pegangan lemari. Keblinger dengan situs sangat sangat spesifik ini? Siap-siap kita jelajahi setiap film bersetting lemari, atau pegangan lemari!

Kaca. Elemen ini seksi sekali. Beberapa kali saya menganalisa apa yang kira-kira bisa membuat elemen ini demikian menakjubkan ketika ditangkap oleh kamera. Melihat beberapa film Wong Kar-Wai (filmmaker Asia rupa-rupanya sangat gemar memakai elemen ini, seperti juga Hou Hsiao-Hsien dalam filmnya Millenium Mambo yang kaca melulu), penggunaan kaca ia pakai tidak hanya untuk memposisikan tokohnya di dalam sebuah ruangan, memberi ruang bagi penonton sebagai pengamat keadaan, tapi ia juga kerap membubuhkan elemen grafis di atas kaca: ini bagi saya adalah cara mantap mendapatkan efek foreground yang dramatis. Dasar mungkin lulusan desain grafis, mata Wong sudah dirusakkan oleh pandangan tipografis. (gb. 1. cuplikan Happy Together dan gb. 2. In the Mood for Love).

Kebanyakan filmmaker bermain dengan efek kaca untuk menunjukkan perasaan terkukungnya sang tokoh yang berada di dalamnya, seperti adegan dalam film La Cienaga karya Lucrecia Martel ini. Kebetulan tokoh yang digambarkan di sini adalah seorang anak kecil yang hidup di tengah kemalangan keluarganya yang amburadul, gambar ini jelas sekali menunjukkan bagaimana ia menggapai kaca untuk bisa berjamah dengan dunia luar, dengan kehangatan. Kaca memang bisa memberikan efek keterasingan yang luar biasa: ketika seseorang berada di baliknya, kaca seolah mustahil dihancurkan.

Lucunya memang dalam film horor, analisa psikologis ini tidak berlaku. Ingat adegan-adegan seperti: seorang perempuan berada di balik kaca rumahnya berteriak histeris ketika melihat sosok berjubah hitam misterius berdiri di seberang kaca sambil membawa pisau rajam? Di sini si perempuan justru tidak merasa aman berada di balik kaca, ia merasa bahwa kaca itu sangat mungkin diterjang oleh sosok misterius tersebut. Transparansi kaca ini juga menambah intensitas ketegangan adegan-adegan semacam ini, mungkin karena penonton dapat melihat dua karakter secara bersamaan dalam dua ruang yang yang sebenarnya terpisah. Mungkin itu pula sebabnya kenapa elemen kaca tidak pernah luput digunakan oleh film-film horor dangkal masa kini.

Namun, hadapi saja, bahwa semua diciptakan untuk suatu hari dihancurkan. Adegan kaca hancur walau begitu sering digunakan tetap memiliki efek dramatis. Yang sering kita saksikan adalah adegan jagoan menerjang jendela demi sebuah penyelamatan yang heroik, atau adegan film action di mana mobil yang kebut-kebutan nyelonong masuk ke restoran atau ruang publik sejenis. Tapi adegan yang gambarnya saya cuplik dari film Amores Perros karya Alejandro González Iñárritu ini adalah salah satu adegan kaca hancur yang paling cool. Protagonis yang juga antagonis menembak musuhnya dari belakang. Ha! Call him a chicken, it’s damn cool.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *